Adalah biasa jika kita tinggal di dekat pasar tradisional, suasana dini hari terasa ramai seperti kita berangkat kerja dipagi hari. Langit masihlah gelap tapi lampu dan lentera menerangi sekitarnya. Dengungan orang yang tawar menawar, tukang parkir, sendok yang beradu dengan mangkok bubur harmoni dengan derap langkah hilir mudik orang-orang yang memecah heningnya pagi. Ramai sekali.
Tapi sudah 2 Jumat ini ada keramaian lain di pagi kami. Adzan awal Shubuh belum lah berkumandang, Notif WA kami memperlihatkan ada beberapa pesan baru yang masuk. “Insan Charity punya rumah yatim pak? Ini kami ada beberapa kasur masih bagus dari kamar kost kami yang belum sempat di tempati…” WA Bu Ratna; “Pak kami titip sedikit infak ya, buat disalurkan oleh Insan Charity” WA Bu Nurul, “Ustadz kalau bayar fidyah berapa ya perharinya?” … Dan beberapa chat lainnya.
Hampir saja kami kewalahan melayaninya, hingga tersisa sedikit waktu untuk sekedar witir saja.
Jelang Shubuh kami berjalan ke masjid besar, menunaikan shalat berjamaah dengan upaya protokol kesehatan.
Sepulang shalat kami perhatikan, orang-orang yang bergegas kembali ke pasar juga beberapa saudagar menyelinap masuk kembali ke rumahnya dari pintu besi penutup tokonya yang belum dibuka.
Sungguh kami bersyukur pada Allah melihat fenomena ini. Orang-orang kaya yang begitu ringan berderma bahkan sejak pagi buta dan pedagang kecil yang tak melupakan shalat tepat pada waktunya.
Sepertinya akhir zaman memang sudah dekat, dimana Allah dan Rasulnya berjanji bahwa bumi ini akan kembali ke pangkuan kepemimpinan Islam sekali lagi, sebelum nanti diakhiri. Terima kasih ya Rabb, sungguh pagi yang ramai.